Decrease return to scale (skala hasil menurun)

Decrease return to scale diartikan sebagai skala hasil yang menurun. Decrease return to scale adalah skala produksi yang dimana penggandaan input untuk produksi menghasilkan penggandaan output produksi yang semakin menurun. Dalam decrease return to scale, output yang dihasilkan semakin bertambah tapi tambahan hasil (output) nya semakin mengecil.

Untuk dapat memahami topik decrease return to scale ini, harus memahami dulu pembahasan sebelumnya megenai teori produksi. Pada pembahasan teori produksi kita menjelaskan mengenai skala produksi. Skala produksi ini terkait dengan kondisi output yang dihasilkan ketika produsen ingin memperbesar skala usaha dengan cara menggandakan input yang digunakan.

Dalam produksi, tidak semua penggandaan pada input akan menghasilkan output yang setara dengan penggandaan input. Salah satu yang dapat terjadi yaitu skala produksi yang semakin menurun. Ada baiknya membaca terlebih dahulu teori perilaku produsen dan teori produksi agar tidak bingung mengenai pembahasan ini.

Untuk dapat lebih memahami bagaimana konsep decrease return to scale, mari kita perhatikan kurva decrease return to scale (skala hasil menurun) berikut:

 

Kurva decrease return to scale (skala hasil menurun)
Kurva decrease return to scale (skala hasil menurun)

Pada kurva decrease return to scale (skala hasil menurun) kita dapat melihat beberapa isoquant Q1, Q2, Q3 dan Q4. Mari kita sedikit bercerita mengenai kurva diatas. Kita misalkan bahwa produksi perusahaan teman-teman pada Q1. Pada kondisi tersebut perusahaan teman-teman menghasilkan 75 barang. Dan katakan saja input yang digunakan perusahaan teman-teman yaitu modal sebanyak K1 dan tenaga kerja sebanyak L1.

Bagaimana bila skala produksi ditingkatkan? Misalkan tambahan 1/3 kali inputnya, ditingkatkan 2/3 input nya dan bahkan ditingkatkan menjadi 2 kali lipat, bagaimana outputnya? Dengan konsep decrease return to scale maka skala hasil output nya akan lebih kecil dari skala penambahan input.

Misalkan kita menambahkan input sebanyak 1/3 kali dari input sebelumnya. Sehingga input sekarang terdiri dari modal sebanyak K2 dan tenaga kerja sebanyak L2. Penambahan 1/3 kali input bukan dari satu input saja, tapi dari dua jenis input yang digunakan yaitu tenaga kerja dan modal. Karena input yang digunakan memang dua jenis. Hasil sekarang menjadikan outputnya menjadi Q2.

1/3 dari output sebelumnya seharusnya 25 unit barang. Namun karena skala produksi menurun maka setelah penambahan sebanyak 1/3 kali inputnya tidak menghasilkan tambahan output sebanyak 1/3 kali (25 barang). Tambahan outputnya berkurang menjadi 20. Sehingga outputnya sekarang (Q2) hanya bertambah 20 barang setelah ditambahkan input sebanyak 1/3 kali. Disini dapat dilihat bahwa tambahan outputnya menurun atau lebih kecil dari skala penambahan inputnya. Inilah yang disebut sebagai decrease return to scale.

Begitu pula dengan kurva lainnya. Kita tahu posisi awal perusahaan yaitu berproduksi pada isoquant Q1 dengan output sebanyak 75 barang. Lantas perusahaan teman-teman ingin meningkatkan skala produksinya menjadi dua kali lipat dari sebelumnya. Inputnya yang sebelumnya pada K1 dan L1 sekarang harus digandakan menjadi dua kali lipatnya. Sehingga input sekarang menjadi K4 dan L4.

Dengan kombinasi penggunaan input sebanyak K4 dan L4 menghasilkan output sebanyak Q4 yaitu 120 barang. Perhatikanlah, disini kita menambah skala input menjadi dua kali lipat. Skala output nya tidak bertambah dua kali lipat. Bila dua kali lipat outputnya seharusnya menjadi 150 barang. Namun sayangnya, output barang yang dihasilkan justru hanya sebesar 120. Disini terjadi decrease return to scale (skala hasil menurun). Garis bawahi bahwa skala penambaha hasil (output) nya menurun dibandingkan skala penambahan input nya.

 

Demikian pembahasan singkat mengenai decrease return to scale (skala hasil menurun). Semoga bermanfaat.

 

 

Be the first to comment

Leave a Reply