Teori konsumsi agregat dalam ekonomi makro

Teori konsumsi agregat dalam ekonomi makro

Teori konsumsi disini akan membicarakan teori-teori yang menjelaskan perilaku konsumsi dan pengaruh dari variabel yang mempengaruhinya. Pendapatan menjadi faktor utama yang mempengaruhi konsumsi. Teori konsumsi menjadi bagian penting didalam pembahasan ekonomi makro terutama mengenai pendapatan nasional ataupun pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi suatu negara baik dalam jangka pendek dan jangka panjang akan dipengaruhi oleh keputusan konsumsi rumah tangga.

Keputusan rumah tangga dalam melakukan konsumsi sebenarnya lebih banyak menjadi ranah pembahasan ekonomi mikro. Dari sisi mikro akan membicarakan keputusan rumah tangga dalam menggunakan pendapatannya. Apakah pendapatan yang ada dihabiskan untuk konsumsi saja atau sebagian digunakan untuk menabung demi masa depan.

Teori konsumsi yang dipelajari dari ekonomi mikro ini memiliki konsekuensi besar didalam makro ekonomi. Oleh karena itu, teori konsumsi secara agregat juga dipelajari dalam ekonomi makro. Sebagai contoh bahwa keputusan konsumsi sangat berpengaruh dengan pertumbuhan ekonomi jangka panjang.

Sebagai contoh teori pertumbuhan yang diungkapkan Solow bahwa tingkat tabungan menjadi kunci untuk penyediaan modal dan tingkat kesejahteraan ekonomi. Keputusan untuk tidak menggunakan semua pendapatannya untuk konsumsi dan menyisakannya untuk tabungan mempengaruhi ekonomi. Masih banyak lagi konsekuensi ekonomi yang terjadi dari keputusan untuk melakukan konsumsi tersebut.

Pada kesempatan ini akan dipelajari berbagai teori konsumsi yang ada dari para ahli. Mulai dari teori Keynes hingga ahli lainnya. Langsung saja disimak

 

Teori konsumsi Keynes

Teori konsumsi Keynes mungkin hadir tidak dengan cara teknik analisis data yang canggih seperti sekarang ini. Penelitian ekonomi sekarang bisa menggunakan analisis data statistik yang rumit dengan bantuan komputer, dengan serangkaian data agregat bahkan hasil survey tingkat rumah tangga yang detail. Kecanggihan dunia tersebut belum didapatkan oleh Keynes ketika tahun 1930an.

Alih-alih melahirkan teori konsumsi dari kecanggihan alat tersebut, justru model konsumsi yang dilahirkan Keynes berasal dari pendugaan dan pengamatan tidak formal. Dari hasil pengamatan dan pendugaan Keynes dilahirkan 3 konsep konsumsi yang dianggap penting. Ketiga hal tersebut yaitu:

  1. Marginal Propensity to Consume (MPC) memiliki kisaran nilai antra 0 dan 1
  2. Rasio konsumsi terhadap pendapatan atau yang dikenal dengan Average Propensity to Consume (APC) akan mengalami penurunan saat pendapatan mengalami peningkatan.
  3. Pendapatan merupakan determinan utama atas konsumsi dan keberadaan tingkat suku bunga tidak terlalu penting.

Berdasarkan pada ketika pendugaan diatas, fungsi konsumsi Keynes selanjutnya dapat ditulis sebagai berikut:

C = C̅ + cY,             C̅ > 0,  0 <c <1,

di mana:

C : konsumsi,

Y : pendapatan disposable,

C̅ : konstanta,

c : kecenderungan mengkonsumsi marjinal (MPC).

 

Berawal dari hipotesis Keynes ini mendorong berbagai ekonom untuk melakukan penelitian mengenai kaitan pendapatan dan konsumsi. Hasil penelitian awal dengan data-data menunjukkan bahwa apa yang diduga oleh teori konsumsi Keynes terbukti benar. Ketiga dugaan Keynes berdasarkan penelitian-penelitian awal terbukti benar. Fungsi konsumsi Keynes dianggap perkiraan yang bagus terhadap tingkah laku konsumsi.

Untuk penjelasan lebih detail mengenai teori konsumsi Keynes, baca selengkapnya disini.

 

Teori konsumsi Kuznets

Hasil temuan dalam teori konsumsi Kuznets nantinya akan menghadirkan teka-teki dalam teori konsumsi dan sekaligus membawa keraguan pada kebenaran teori konsumsi Keynes. Minat para ekonom dalam mempelajari perilaku konsumen ini tidak terhenti sampai Keynes dan penelitian yang menunjukkan keberhasilan awal teori Keynes.

Dengan berdasarkan pada teori konsumsi Keynes yang dianggap terbukti, para ekonom mencoba membuat prediksi apa yang terjadi kedepannya selama masa perang dunia kedua. Para ekonom membuat prediksi yang mengerikan tentang terjadinya kondisi yang disebut dengan stagnasi sekuler. Stagnasi sekuler merupakan terjadinya kondisi depresi panjang dalam ekonomi dengan durasi yang tidak pasti.

Kekhawatiran munculnya stagnasi sekuler ini tentu membuat ekonom takut. Stagnasi sekuler ini dipandang bisa diatasi hanya bila pemerintah mengeluarkan kebijakan fiskal untuk mendorong peningkatan permintaan agregat.

Kekhawatiran terhadap terjadinya stagnasi sekuler ternyata tinggal kekhawatiran saja. Karena pada akhir perang dunia kedua, apa yang ditakutkan ternyata tidak benar-benar terjadi. Hal ini menjadi keberuntungan bagi para ekonom karena tidak perlu menghadapi bencana tersebut. Namun disisi lain, kondisi demikian menjadikan orang-orang meragukan dengan teori konsumsi Keynes. Prediksi yang menggunakan teori konsumsi Keynes sebagai dasar ternyata tidak terbukti.

Selain anomali pada prediksi stagnasi sekuler tersebut, ternyata data yang ditemukan oleh Simon Kuznets memunculkan anomali kedua pada teori Keynes. Simon Kuznets melakukan penelitian menggunakan data dalam jangka panjang. Temuan dalam teori konsumsi Simon Kuznets justru menunjukkan bahwa rasio konsumsi terhadap pendapatan dari dekade ke dekade ternyata stabil.

Temuan data konsumsi Simon Kuznets ini menjadi bertentangan dengan apa yang diduga oleh Keynes. Pada teori konsumsi Keynes menganggap bahwa rasio konsumsi terhadap pendapatan (APC) dipandang akan semakin kecil saat pendapatan mengalami peningkatan. Namun, dari temuan Kuznets justru rasio konsumsi terhadap pendapatan tetap stabil dari waktu ke waktu.

Temuan dalam teori konsumsi Kuznets ini menjadi babak baru dalam perkembangan teori konsumsi. Dari temuan Kuznets ini memunculkan sebuah teka-teki (puzzle). Puzzle dalam teori konsumsi ini muncul karena mengapa temuan Kuznets bertentangan dengan dugaan Keynes. Dalam beberapa studi menunjukkan adanya bukti kebenaran teori Keynes, namun disisi lain justru menemukan teori Keynes tidak terbukti.

Untuk memahi lebih dalam mengenai teori konsumsi Kuznets, baca disini.

 

Teori konsumsi Irving Fisher dengan hipotesis pilihan antar waktu

Teori konsumsi Irving Fisher menggunakan pilihan antar waktu. Hal ini berbeda dari teori konsumsi Keynes yang ternyata berkaitan dengan hubungan konsumsi dengan pendapatan dalam jangka pendek. Fungsi konsumsi Keynes hanya menyangkut konsumsi dan pendapatan hari ini. Dimana hal itu dirasakan masih kurang lengkap.

Keputusan seseorang menggunakan pendapatan untuk konsumsi atau menabung juga dipengaruhi oleh pandangan kedepan. Dalam model konsumsi Irving Fisher memasukan unsur pilihan antar waktu. Pilihan antar waktu ini berarti pilihan yang dibuat oleh konsumen dengan memperhatikan  keterlibatan perbedaan periode waktu.

Dengan kata lain bahwa teori konsumsi Fisher memperhatikan pendapatan sepanjang waktu hidupnya. Seseorang memutuskan melakukan konsumsi bukan hanya menyangkut pendapatannya sekarang tetapi juga pendapatan seumur hidupnya. Sehingga penggunaan pendapatan harus dipertimbangkan kebutuhan konsumsi masa sekarang dan masa depan.

Seseorang menginginkan untuk mengkonsumsi barang dengan kualitas terbaik dalam kuantitas yang semaksimal mungkin memberikan kepuasan. Harapan seperti itu tentu semua orang inginkan baik dimasa sekarang maupun dimasa depan dalam hidupnya. Namun sayangnya, tidak semua orang dapat melakukannya karena adanya batasan anggaran yang dimiliki. Keterbatasan anggaran (pendapatan) yang dimiliki menjadikan kemampuan terbatas dalam konsumsi.

Ketika memutuskan berapa banyak yang harus dikonsumsi hari  ini dan disimpan untuk masa depan, seseorang akan menghadapi batasan anggaran antarwaktu (intertemporal budget constrain). Model fisher mencoba menguji batasan anggaran ini dengan lebih detail. Didalam model konsumsi fisher di buat penyederhanaan dengan menguji keputusan yang harus dibuat konsumen dalam dua periode hidupnya. Periode pertama saat mereka muda, dan periode kedua saat mereka tua.

Dengan menggunakan penyederhanaan tersebut, ada 3 kemungkinan keputusan konsumsi yang diambil seseorang yaitu:

  1. Konsumsi periode pertama sebesar nilai pendapatan periode 1 dan konsumsi periode 2 sebesar pendapatan periode 2.

Konsumsi dapat dirumuskan dengan C1 = Y1 dan C2 = Y2

  1. Konsumsi periode 1 lebih kecil dari pendapatan periode 1

Karena konsumsi periode 1 lebih kecil dari pendapatan pada periode 1, maka pada periode 1 akan memiliki tabungan. Tabungan (S) pada periode 1 dapat dirumuskan dengan:

S = Y1 – C1

Konsumsi pada periode kedua sama dengan akumulasi tabungan (termasuk dalam hal ini bunga yang diperoleh dari tabungan) dan pendapatan periode kedua. Sehingga konsumsi pada peiode 2 dapat dirumuskan dengan:

C2 = (1 + r) S + Y2

  1. Konsumsi periode 1 lebih besar dari pendapatan periode 1

Kasus konsumsi lebih besar pada periode 1 ini sebenarnya tidak jauh berbeda dengan rumus pada saat tabungan digunakan pada periode 2. Tabungan tersebut dapat ditukar rumusnya untuk penggunaan utang untuk konsumsi. Tingkat bunga tabungan juga dianggap sama dengan tingkat bunga utang.

Bila rumus pada kasus no 2 diatas digunakan untuk kasus 3 (konsumsi periode 1 lebih besar dari pendapatan), maka penggabungan rumusnya dapat dibuat berikut:

C2 = (1 + r) (Y1 – C1) + Y2

 

Untuk memahi lebih dalam mengenai teori konsumsi Irving Fisher mengenai konsumsi antar waktu, baca disini.

 

Teori konsumsi Franco Modigliani dengan hipotesis siklus hidup

Franco Modigliani mempelajari fungsi konsumsi berdasarkan pada model yang dibangun oleh Fisher. Modigliani memiliki tujuan untuk mempelajari perilaku konsumen dan mencari penjelasan atas puzzle konsumsi yang ada. Franco Modigliani ingin menjelaskan mengenai potongan bukti yang saling bertentangan anda teori konsumsi Keynes dan data yang ditemukan oleh Kuznets.

Pada model Fisher mendasarkan fungsi konsumsi dipengaruhi oleh pendapatan seumur hidup seseorang. Dalam pandangan Modigliani bahwa pendapatan itu secara sistematis berubah sepanjang hidup seseorang. Sehingga tabungan yang dimiliki konsumen dapat menggerakan pendapatan sepanjang waktu-waktu itu. Artinya pendapatan dapat digerakkan/dipindahkan dari masa yang pendapatan tinggi ke pendapatan yang rendah.

Berdasarkan interpretasi tersebut perilaku konsumen membentuk dasar untuk hipotesis siklus hidup. Pendapatan seseorang bervariasi sepanjang waktu. Salah satu alasan adanya variasi pendapatan ini contohnya karena ada masa pensiun. Saat pension, pendapatan seseorang akan menurun namun dia berharap agar standar hidupnya tidak menurun secara tajam. Oleh sebab itu, untuk menjaga standar hidupnya saat pensiun, seseorang harus menabung selama masa bekerjanya.

Sehingga fungsi konsumsi Modigliani dapat dirumuskan dengan:

C = (W + RY) / T

W : kekayaan awal

R : Lama waktu akan memasuki masa pensiun

Y : Harapan pendapatan sampai pensiun

T : waktu hidup yang tersisa

 

Untuk memahi lebih dalam mengenai teori konsumsi Modigliani mengenai hipotesis konsumsi siklus hidup, baca disini.

 

Teori konsumsi pendapatan permanen Milton Friedman

Milton Friedman mengusulkan teori pendapatan permanen untuk menjelaskan perilaku konsumen. Teori konsumsi pendapatan permanen dari Milton Friedman ini menjadi pelengkap atas teori konsumsi siklus hidup dari Modigliani. Kedua teori konsumsi ini sama-sama menggunakan model teori konsumsi yang dibangun oleh Fisher.

Teori konsumsi pendapatan permanen berupaya untuk membantah bahwa konsumsi tidak hanya bergantung pada pendapatannya saat ini saja. Pada teori Modigliani menggambarkan pendapatan mengikuti pola regular sepanjang hidup seseorang. Namun, pada teori konsumsi Friedman menganggap bahwa pendapatan seseorang bersifat acak dan memiliki perubahan sementera.

Milton Friedman mengusulkan hipotesis bahwa pendapatan saat ini seharusnya terdiri atas pendapatan permanen dan pendapatan sementara (transitory). Sehingga rumusan pendapatan dibuat:

Y = YP + YT

Dan teori konsumsi Friedman memberikan kesimpulan atas fungsi konsumsi sebagai:

C = a YP

 

Agar lebih memahami konsep teori konsumsi pendapatan permanen Milton Friedman, penjelasan lengkapnya dapat dibaca disini.

 

Be the first to comment

Leave a Reply