
Teori permintaan tenaga kerja pada kesempatan ini akan menjelaskan bagaimana perusahaan menyewa/mempekerjakan tenaga kerja. Banyaknya jumlah tenaga kerja dan berapa lama tenaga kerja akan bekerja tidak hanya ditentukan oleh keinginan dari pekerja saja sebagaimana dibahas pada teori penawaran tenaga kerja.
Jumlah pekerja dan berapa lama akan bekerja juga dipengaruhi oleh keinginan dari perusahaan untuk mempekerjakan tenaga kerja tersebut. Hal itulah yang dipelajari pada permintaan tenaga kerja. Keputusan perusahaan/produsen untuk menyewa tenaga kerja dapat berpengaruh pada berapa banyak tenaga kerja dipekerjakan dan berapa lama akan dipekerjakan.
Sebenarnya permintaan tenaga kerja oleh perusahaan mirip seperti permintaan input lainnya oleh perusahaan. Kita tahu perusahaan melakukan produksi. Didalam melakukan produksi dibutuhkan input untuk produksi. Input yang digunakan tentu akan disesuaikan dengan kebutuhan berapa banyak produk yang harus diproduksi. Produksi oleh perusahaan akan disesuaikan dengan permintaan oleh konsumen tentunya. Oleh karena itu, permintaan tenaga kerja dari perusahaan adalah turunan dari permintaan oleh konsumen.
Tenaga kerja ini menjadi pembahasan yang menarik karena memiliki karakteristik sendiri dibanding input lainnya. Tidak heran mengapa tenaga kerja menjadi isu penting didalam politik. Kebijakan-kebijakan pemerintah juga banyak mengatur mengenai tenaga kerja. Misalnya terkait upah minimum, subsidi tenaga kerja bahkan hingga persoalan perlindungan untuk tenaga kerja.
Mengingat tenaga kerja merupakan input dalam produksi, kita perlu mempelajari juga bagaimana sisi permintaan tenaga kerja oleh perusahaan. Permintaan tenaga kerja akan tergambar dalam fungsi produksi. Fungsi produksi akan menggambarkan berapa banyak kuantitas barang yang ingin diproduksi dan berapa banyak input yang digunakan. Input tersebut termasuk tenaga kerja.
Umumnya input yang digunakan untuk produksi kategorikan kedalam 2 hal yaitu modal dan tenaga kerja. Oleh sebab itu, fungsi produksi sering dituliskan dalam persamaan:
Q = f (E, K)
Q merupakan output yang dihasilkan perusahaan. K merupakan modal. Dan E merupakan tenaga kerja. Borjas dalam bukunya (labor economics) menyimbolkan tenaga kerja pada fungsi produksi ini dengan E. Namun pada beberapa referensi ekonomi lainnya, mungkin anda akan menemukan fungsi produksi yang menyimbolkan tenaga kerja dengan L.
Sebelum terlalu jauh, disini perlu kami ingatkan bahwa input untuk produksi selain tenaga kerja tentu sangat banyak. Dari sisi tenaga kerja saja sebenarnya sifatnya heterogen atau memiliki banyak karakteristik dan pembahasan didalamnya. Namun bila kita membahas kesemuanya, tentu akan sangat rumit dan membingungkan. Oleh sebab itu, dalam pembahasan ini kita mensimplifikasi dengan menjadikan tenaga kerja dalam pembahasan ini homogen yaitu melihat dari jumlah tenaga kerja. Hal ini perlu dilakukan agar kita mendapatkan gambaran umum mengenai permintaan tenaga kerja. Penjelasan lebih detail akan sedikit demi sedikit diulas pada tulisan-tulisan lainnya.
Fungsi produksi diatas menggambarkan berbagai kombinasi penggunaan input (tenaga kerja dan modal) untuk menghasilkan barang (output). Keputusan penggunaan input oleh produsen bisa saja memilih lebih banyak menggunakan tenaga kerja atau bisa saja lebih banyak menggunakan modal (mesin).
Dalam hal keputusan penggunaan input berupa tenaga kerja, salah satu konsep yang perlu kita pelajari yaitu mengenai marginal produk dari tenaga kerja. Marginal produk dari tenaga kerja adalah perubahan output yang dihasilkan akibat dari perubahan/penambahan satu tambahan tenaga kerja. Konsep lain yang terkait yaitu produksi total, produksi rata-rata dan law of diminishing return.
Agar tidak bingung nantinya, sebaiknya baca juga:
Produksi marginal, produksi total, produksi rata-rata dan law of diminishing return
Permintaan tenaga kerja dalam jangka pendek
Pada pembahasan teori perilaku produsen kita pernah menyinggung terkait adanya perilaku produsen dalam jangka pendek. Dalam produksi jangka pendek, kita mengasumsikan bahwa yang dapat diubah adalah faktor tenaga kerja. Adapun faktor produksi seperti mesin kita anggap tidak dapat dirubah dalam jangka pendek. Dari sini kita ingin melihat bagaimana permintaan tenaga kerja dalam jangka pendek.
Dalam melihat bagaimana permintaan tenaga kerja dalam jangka pendek, kita tidak akan lepas dari konsep produksi marginal untuk tenaga kerja. Dengan melihat nilai produksi marginal tenaga kerja, perusahaan dapat menilai seberapa besar tambahan output yang dihasilkan dari menambah tenaga kerja tersebut.
Namun, pada pembahasan produksi marginal kita masih sebatas melihat kaitan antara penambahan tenaga kerja dan penambahan output. Disini kita akan melanjutkan pembahasan tersebut dari sisi nilai uang. Kita ingin melihat nilai yang dihasilkan pada output akibat dari penambahan tenaga kerja. Kita menggunakan konsep value of marginal product (nilai produksi marginal) atau disingkat VMP.
Value of marginal product adalah nilai uang yang dihasilkan dari penambahan tenaga kerja. Nilai VMP dapat diperoleh dari mengalikan nilai produksi marginal tenaga kerja dengan harga output. Dengan demikian dapat dirumuskan:
VMP = p X MP
Dari persamaan diatas kita dapat mengambil pemahaman bahwa value of marginal product dari tenaga kerja adalah kenaikan nilai uang yang diperoleh dari pendapatan akibat dari adanya tambahan tenaga kerja. Dengan asumsi yang digunakan bahwa variabel lain (modal) dianggap konstan.
Perusahaan untuk dapat memaksimumkan keuntungan maka harus menggunakan tenaga kerja pada tingkat dimana value of marginal product sama dengan tingkat upah. Kita tidak mengatakan bahwa tingkat upah harus disesuaikan dengan value of marginal product. Dalam pasar persaingan sempurna, kita tidak mempunyai kemamuan untuk mempengaruhi tingkat upah di pasar. Oleh sebab itu, yang diatur adalah jumlah tenaga kerja agar mencapai value of marginal product yang sama dengan tingkat upah. Hal itu dilakukan agar perusahaan mendapatkan keuntungan maksimal dalam pasar persaingan sempurna.
Permintaan Tenaga Kerja akibat Perubahan Upah
Faktor yang mempengaruhi permintaan tenaga kerja yang dibahas pertama yaitu upah. Bagaimana jumlah tenaga kerja yang diminta berubah ketika upah berubah? Apa yang akan terjadi dengan jumlah tenaga kerja yang diminta jika tingkat upah dinaikkan?
Pertama, upah yang lebih tinggi menyiratkan biaya produksi yang lebih tinggi dan konsekuensi umumnya yaitu harga produk yang lebih tinggi. Karena konsumen merespons harga yang lebih tinggi dengan membeli lebih sedikit barang, pengusaha cenderung mengurangi jumlah barang yang diproduksi dan tenaga kerja.
Kedua, karena adanya kenaikan upah, pengusaha bisa saja mengubah pola produksi mereka dengan mengadopsi teknologi yang lebih canggih dan mempekerjakan lebih sedikit pada tenaga kerja. Teknologi dibeli dengan uang (modal), sehingga pengusaha beralih mode produksi yang mengandalkan modal. Dalam kondisi demikian jumlah tenaga kerja akan berkurang karena pergeseran ke mode produksi yang lebih padat modal (menggunakan mesin).
Pengaruh dari upah terhadap jumlah tenaga kerja dapat diringkas dalam contoh yang diberikan pada tabel berikut:
Upah (Juta Rupiah) | Jumlah Tenaga Kerja |
1,1 | 15 |
1,2 | 14 |
1,3 | 13 |
1,4 | 12 |
1,5 | 11 |
Tabel diatas menggambarkan pengaruh perubahan upah pada jumlah tenaga kerja. Hubungan antara upah dan tenaga kerja yang ditabulasikan dalam Tabel diatas dapat digambarkan sebagai kurva permintaan tenaga kerja berikut:
Gambar kurva permintaan tenaga kerja diatas memiliki kemiringan negatif. Hal tersebut menunjukkan bahwa ketika upah naik, akan lebih sedikit tenaga kerja yang diminta. Dengan demikian dapat dipahami bahwa semakin tinggi tingkat upah maka akan semakin sedikit jumlah tenaga kerja yang diminta oleh perusahaan.
Perubahan Faktor Lain yang Memengaruhi Permintaan Tenaga Kerja
Pembahasan kedua mengenai faktor yang mempengaruhi permintaan tenaga kerja selain upah. Apa yang terjadi pada permintaan tenaga kerja apabila faktor lain diluar tingkat upah berubah? Pada pembahasan teori permintaan tenaga ini mengulas 2 faktor yang mempengaruhi permintaan tenaga kerja selain upah.
1. Pergeseran Permintaan Tenaga Kerja Akibat Perubahan Permintaan Barang
Pertama, misalkan permintaan barang pada suatu industri tertentu mengalami peningkatan. Sehingga pada berbagai tingkat harga dari barang tersebut akan dapat dijual. Jumlah output yang diproduksi akan meningkat karena perusahaan mengejar memaksimalkan keuntungan. Dengan adanya peningkatan output yang harus di produksi, maka salah satu yang harus ditingkatkan yaitu jumlah tenaga kerja. Hal ini dengan asumsi bahwa variabel lain tidak berubah. Dengan peningkatan jumlah tenaga kerja akan mampu memenuhi kebutuhan perusahaan untuk memenuhi peningkatan permintaan barang.
Kenaikan permintaan barang akan mendorong terjadinya kenaikan permintaan tenaga kerja. Hal ini dapat diilustrasikan juga dalam kurva berikut:
Dari kurva tersebut memberikan ilustrasi terjadinya pergeseran kurva permintaan tenaga kerja akibat adanya peningkatan permintaan barang (output). Bila anggapan awal kita bahwa teknologi yang ada dan kondisi di mana modal dan tenaga kerja yang tersedia tetap konstan. Tapi karena adanya perubahan permintaan produk ini akan meningkatkan jumlah tenaga kerja yang diinginkan pada berbagai tingkat upah yang mungkin berlaku. Dari ilustrasi diatas menunjukkan kurva permintaan tenaga kerja bergeser ke kanan yaitu dari kurva warna hitam ke garis kurva warna merah. Artinya dengan adanya peningkatan permintaan barang, mendorong peningkatan jumlah tenaga kerja.
2. Perubahan Penawaran Modal
Kedua, bayangkan apa yang akan terjadi jika permintaan produk, teknologi, dan kondisi penawaran tenaga kerja tetap tidak berubah, tetapi penawaran modal berubah. Misalkan harga modal turun dari tingkat sebelumnya, bagaimanakah perubahan pada permintaan tenaga kerja?
Metode menganalisis dampak pada permintaan tenaga kerja dari perubahan harga input produktif lain disini mempertimbangkan dua efek yaitu pada efek skala dan efek substitusi.
- Efek Skala
Pertama, ketika harga modal turun, biaya produksi cenderung menurun. Pengurangan biaya merangsang peningkatan tingkat produksi, dan peningkatan jumlah output yang diproduksi cenderung meningkatkan jumlah tenaga kerja yang diinginkan pada setiap upah yang diberikan. Efek skala dari penurunan harga modal dengan demikian cenderung meningkatkan permintaan tenaga kerja di setiap tingkat upah.
Perubahan permintaan tenaga kerja akibat perubahan penawaran modal dengan efek skala diperlihatkan pada kurva berikut:
Pada kurva tersebut memperlihatkan garis kurva warna hitam sebagai permintaan tenaga kerja awal. Garis kurva waran merah menunjukkan perubahannya. Kurva diatas mengilustrasikan bahwa ketika terjadi penurunan harga modal, jumlah permintaan tenaga kerja akan bergeser ke kanan. Pada efek skala yang terjadi yaitu penurunan harga modal akan mendorong peningkatan jumlah permintaan tenaga kerja.
- Efek Substitusi
Efek kedua dari penurunan harga modal akan menjadi efek substitusi. Di mana perusahaan mengadopsi teknologi yang lebih padat modal dalam menanggapi modal yang lebih murah. Perusahaan seperti itu akan mengganti modal untuk tenaga kerja dan akan menggunakan lebih sedikit tenaga kerja untuk menghasilkan jumlah output tertentu daripada sebelumnya. Dengan lebih sedikit tenaga kerja yang diinginkan pada setiap tingkat upah dan tingkat output, kurva permintaan tenaga kerja cenderung bergeser ke kiri.
Perubahan permintaan tenaga kerja akibat perubahan penawaran modal dengan efek substitusi diperlihatkan pada kurva berikut:
Pada kurva tersebut memperlihatkan garis kurva warna hitam sebagai permintaan tenaga kerja awal. Garis kurva waran merah menunjukkan perubahannya. Kurva ini menggambarkan ketika terjadi penurunan harga modal, jumlah permintaan tenaga kerja akan bergeser ke kiri. Hal ini karena adanya efek substitusi. Pada efek substitusi yang terjadi yaitu penurunan harga modal akan mendorong penurunan jumlah permintaan tenaga kerja. Dengan biaya modal yang lebih murah, perusahaan mencoba mengganti penggunaan tenaga kerja dengan penggunaan teknologi.
Dari kedua efek diatas memberikan gambaran bahwa ketika terjadi penurunan pada harga modal, kemudian akan menghasilkan dua efek yang berlawanan pada permintaan tenaga kerja. Efek skala akan mendorong kurva permintaan tenaga kerja ke kanan, sedangkan efek substitusi akan mendorongnya ke kiri. Seperti yang ditekankan oleh diatas. Efek mana pun bisa mendominasi. Dengan demikian, teori ekonomi tidak menghasilkan prediksi yang jelas tentang bagaimana penurunan harga modal akan mempengaruhi permintaan tenaga kerja.
Semoga pembahasan singkat mengenai teori permintaan tenaga kerja ini dapat memberikan kita tambahan wawasan.
Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.