Teori Perilaku Produsen

Teori perilaku produsen disini membicarakan bagaimana perilaku produsen dalam mengkombinasikan penggunaan faktor produksi (input) yang akan diproses (transformasi) menjadi output. Pilihan kombinasi penggunaan faktor produksi dalam menghasilkan barang (output) tentu beragam. Pembahasan teori perilaku produsen akan menggambarkan bagaimana pilihan yang dibuat produsen dalam mengkombinasikan faktor produksi yang ada. Pembahasan ini adalah satu bagian penting ketika mempelajari ekonomi mikro.

Sebelum menuju inti pembahasan tentang teori perilaku produsen, kita perlu memahami terlebih dahulu gambaran umum tujuan produsen dan bagaimana dasar mereka membuat keputusan. Kemudian pembahasan akan berlanjut kepada faktor yang mempengaruhi perilaku produsen. Kemudian akan berlanjut kepada pembahas teori perilaku produsen dalam proses produksinya. Teori perilaku produsen pada pembahasan ini akan dibagi dua bagian yaitu perilaku produsen jangka pendek dan jangka panjang.

 

Tujuan dan dasar pengambilan keputusan produsen.

Perusahaan atau produsen adalah sebuah organisasi yang dapat terdiri dari satu orang atau sekumpulan orang-orang yang menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi permintaan konsumen. Aktivitas produsen untuk menghasilkan barang atau jasa disebut juga dengan produksi. Secara lebih spesifik pengertian produksi adalah proses dimana input dikombinasikan, ditransformasi, dan diubah kedalam output. Output produksi dapat berupa barang ataupun jasa.

Tujuan produsen adalah untuk memaksimumkan laba yang mereka peroleh. Untuk mencapai tujuan produsen memaksimalkan laba, produsen harus membuat keputusan dalam 3 hal mendasar. Pertama, menentukan keputusan seberapa banyak kuantitas barang atau jasa yang harus diproduksi. Kedua, menentukan bagaimana cara untuk menghasilkan output (barang dan jasa). Keputusan mengenai cara menghasilkan output ini terkait dengan pilihan yang dibuat produsen tentang teknik produksi yang dipakai ataupun teknologi yang digunakan. Sederhananya, keputusan kedua ini terkait bagaimana pilihan cara produksi. Ketiga, menentukan seberapa banyak input yang diperlukan untuk menghasilkan barang.

Kita telah mengetahui bahwa tujuan produsen adalah mendapatkan laba. Laba pada dasarnya sama dengan selisih pendapatan total dikurangi biaya totalnya. Penentu laba disini adalah pendapatan dan biaya. Untuk mendapatkan laba yang maksimal produsen perlu mengetahui berapa banyak yang mereka harus produksi dan berapa banyak yang dapat mereka jual.

Keputusan produsen pertama tentang penentuan kuantitas barang yang di produksi akan menentukan pendapatan yang diperoleh. Produsen harus memproduksi sesuai dengan yang dapat mereka jual. Dari sini akan tergambar pendapatan. Adapun biaya produksi ditentukan oleh harga input dan proses produksi (teknik produksi atau metode produksi yang tersedia).

Pada pembahasan teori perilaku produsen ini akan terkait dengan proses produksi (teknik produksi atau metode produksi) yang ada. Teori perilaku produsen ingin menyoroti aktivitas produksi yang dilakukan oleh produsen dalam mengubah faktor produksi (input) menjadi barang dan jasa (output).

Asumsi yang kita bangun dalam pembahasan teori perilaku produsen ini yaitu berlaku hukum The Law of Diminishing Return dalam penggunaan faktor produksinya, Produsen diangganp memiliki pengetahuan sempurna atas faktor produksinya dan produsen memiliki tujuan untuk memaksimumkan tingkat produksi.

 

Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Produsen dalam proses produksi

Dalam menghasilkan output (barang atau jasa), terdapat dua kategori input yang digunakan yaitu faktor produksi tetap (fixed input) dan faktor produksi variabel (variable input).

Faktor produksi tetap adalah faktor produksi yang jumlah penggunaannya tidak bergantung pada jumlah yang diproduksi. Faktor produksi tetap (fixed input) ini harus tetap ada meskipun tidak ada aktivitas produksi yang dilakukan. Contohnya mesin pabrik. Tingkat produksi sampai titik tertentu tidak perlu menambah mesin, bahkan produksi nol sekalipun tidak menambah mesin. Sehingga mesin bersifat tetap.

Sedangkan faktor produksi variabel yaitu faktor produksi yang bergantung pada jumlah output yang diproduksi. Semakin banyak output yang ingin dihasilkan maka semakin besar pula faktor produksi variabel (variable input) yang dibutuhkan. Contohnya buruh harian di pakrik. Bila ingin menambah output dari pabrik, dapat dilakukan dengan menambah buruh yang menghasilkan output. Bila buruh/tenaga kerja berkurang, tentu output yang dihasilkan akan berkurang juga.

Pembahasan teori perilaku produsen dalam ekonomi juga memiliki keterkaitan dengan periode waktu. Dalam jangka panjang, semua faktor produksi akan bersifat sebagai faktor produksi variabel. Namun dalam jangka pendek, tidak memungkinkan untuk menambah faktor produksi tetap sehingga yang mempengaruhi produksi bergantung pada faktor produksi variabel.

Dikotomi waktu jangka panjang dan pendek dalam ilmu ekonomi bukan berarti waktu yang tetap untuk tiap industry. 1 atau 2 tahun tidak dapat diterjemahkan sebagai jangka pendek. Sebab untuk industry tertentu dapat menganggapnya jangka pendek, namun bagi yang lain bisa menjadi jangka panjang. Dalam pembahasan ekonomi teori perilaku produsen, jangka pendek merujuk pada periode waktu dimana perusahaan beroperasi dalam skala tetap. Sehingga input variabel yang dapat diubah. Selain itu, perusahaan juga tidak dapat keluar masuk dari industry tersebut. Sedangkan periode waktu jangka panjang merujuk pada kondisi perusahaan dapat merubah skala operasi produksi, serta dapat keluar masuk dalam industry.

Faktor yang mempengaruhi perilaku produsen dalam proses produksi pada pembahasan ini yaitu tenaga kerja, modal, dan teknologi. Pada pembahasan teori perilaku produsen jangka pendek, akan digambarkan bagaimana pengaruh tenaga kerja terhadap output yang dihasilkan. Dalam jangka panjang akan terlihat pengaruh modal dan tenaga kerja dalam menghasilkan output. Serta pembahasan teori perilaku produsen ini juga akan melihat bagaimana tingkat output yang dihasilkan dengan adanya kemajuan teknologi.

 

Teori perilaku produsen dalam jangka pendek

Untuk dapat mengerti alokasi faktor produksi dalam proses produksi di perusahaan, para ekonom membagi faktor produksi kedalam dua faktor yaitu modal dan tenaga kerja. Faktor produksi yang digunakan untuk menghasilkan output digambarkan dalam fungsi produksi berikut:

Q = f (K, L)

Dimana Q adalah jumlah output, K adalah barang modal, dan L adalah tenaga kerja. Dari persama matematis diatas tergambar bahwa faktor yang mempengaruhi jumlah output yang dihasilkan dalam proses produksi yaitu tenaga kerja dan modal.

Dalam tulisan teori perilaku produsen ini akan diuraikan bagaimana model produksi dengan satu faktor produksi variabel. Istilah produksi dengan satu faktor produksi variabel disini dalam kerangka analisis jangka pendek. Karena dalam jangka pendek, barang modal dianggap sebagai faktor input tetap dan tidak memungkin untuk mengubah jumlah input dalam jangka pendek. Sehingga produksi ditentukan oleh alokasi efisensi dari tenaga kerja.

Untuk dapat mengalokasikan faktor produksi yang efisien, perlu untuk memahami pada tahap mana produsen untuk memproduksi dan sampai titik mana harus berhenti produksi. Dalam analisis ini akan dibuat 3 tahapan produksi. Sebelum mempelajari tiga tahap produksi dalam teori perilaku produsen ini, perlu untuk mempelajari terlebih dahulu istilah-istilah yang akan digunakan dalam pembahasannya. Istilah yang harus diketahui yaitu produksi total, produksi marginal, dan produksi rata-rata.

Produksi total, produksi marginal, dan produksi rata-rata

Produksi total (Total Production) adalah banyaknya produksi yang dihasilkan dari penggunaan faktor produksi. Adapun produksi total dapat dirumuskan dengan:

TP = f (K, L)

Dengan TP adalah produksi total, K adalah barang modal, dan L adalah tenaga kerja. Dalam tulisan ini barang modal dianggap konstan karena analisis disini pada jangka pendek.

Teori perilaku produsen secara matematis menggambarkan total produksi (TP) akan mencapai maksimum apabila turunan pertama dari fungsinya bernilai sama dengan nol. Produksi total memiliki turunan pertama fungsinya yaitu produksi marginal (MP). Sehingga produksi total (TP) akan maksimum saat MP sama dengan nol.

Adapun yang dimaksud dengan produksi marginal adalah tambahan produksi karena penambahan satu unit faktor produksi yang digunakan. Produksi marginal dapat dirumuskan dengan:

MP = TP’ = d TP / d L

Sehingga perusahaan dapat terus menambahkan tenaga kerja yang dimiliki pada saat nilai MP > 0 karena tambahan tenaga kerja akan menambah produksi. Namun apabila nilai MP < 0, maka tidak boleh menambah tenaga kerja. Karena penambahan tenaga kerja justru akan mengurangi produksi total. Saat nilai MP < 0 merupakan indikasi berlakunya hukum penambahan hasil yang semakin menurun atau The Law of Diminishing Return.
Adapun Produksi rata-rata adalah rata-rata output yang dihasil per unit faktor produksi. Rumus untuk menghitung produksi rata-rata yaitu:

AP = TP/L

Dengan AP adalah produksi rata-rata, TP adalah total produksi, dan L adalah tenaga kerja.

 

Untuk dapat lebih memahami istilah produksi total, produksi marginal, dan produksi rata-rata serta konsep the law of diminishing return yang terkait pembahasan ini, silahkan membaca tulisan kami disini.

 

Tahap-Tahap Produksi

Dalam membahas teori perilaku produsen, Penting untuk memahami proses produksi dengan melihat gerakan perubahan dari nilai TP. Dengan memahami ketiga istilah diatas dapat menjadi prinsip umum untuk menganalisis alokasi faktor produksi dari perusahaan. Dalam tahap produksi, terdapat tiga tahapan produksi yaitu:
1. Tahap 1 yaitu sampai pada kondisi AP maksimum
2. Tahap 2 yaitu antara nilai AP maksimum sampai saat MP sama dengan nol
3. Tahap 3 yaitu saat MP sudah bernilai < 0 (negatif)

Untuk dapat memahami ketiga tahap diatas, coba perhatikan gambar kurva berikut:

teori perilaku produsen -kurva total production, average production, marginal production -

 

Tahap 1 yaitu sampai pada kondisi AP maksimum. Dimulai dari saat berproduksi atau tidak ada penggunaan tenaga kerja hingga mencapai titik AP (average production) maksimum. Pada kurva bagian bawah, anda dapat melihat bahwa produksi rata-rata (AP) maksimum dicapai pada saat penggunaan tenaga kerja sebanyak X2.

Bila anda tarik garis (garis titik-titik) dari kurva bagian bawah ke kurva bagian atas, anda dapat melihat kondisi produksi total (TP). Pada tahap 1 seperti pada gambar diatas terlihat bahwa slope kurva TP meningkat sangat tajam. Pada tahap ini, menambah tenaga kerja juga akan meningkatkan jumlah produksi total maupun produksi rata-rata. Hasil yang diperoleh dari penambahan tenaga kerja masih jauh lebih besar dari tambahan upah yang harus dibayarkan. Produksi jangan dihentikan pada tahap ini karena akan merugikan. Tahap ini berlangsung hingga AP maksimum.

Tahap 2 yaitu antara nilai AP (produksi rata-rata) maksimum sampai saat MP (produksi marginal) sama dengan nol. Tahap ke 2 ini terjadi saat penggunaan tenaga kerja sebanyak X3. Bila anda tarik garis dari kurva yang bawah (kurva AP dan MP) kepada kurva yang atas (kurva TP), maka tahap kedua ini terjadi hingga pada saat TP (produksi total) mencapai titik puncaknya.

Pada tahap kedua ini produksi total masih meningkat, produksi marginal dan produksi rata-rata mulai mengalami penurunan. Meskipun produksi marginal dan produksi rata-rata mengalami penurunan namun nilainya masih positif. Terjadinya penurunan pada nilai MP dan AP pada tahap ini karena mulai berlakunya hukum penambahan hasil yang semakin menurun. Sehingga bila perusahaan menambah tenaga kerja akan mendorong produksi total hingga mencapai nilai maksimum. Sebaiknya perusahaan berproduksi pada tahap ke 2 ini.

Tahap 3 yaitu saat MP (produksi marginal) sudah bernilai < 0 (negatif). Pada kurva bagian bawah (kurva MP) terjadi tahap ketiga pada saat penggunaan tenaga kerja melebihi X3. Kondisi terjadi saat kurva MP mulai bernilai negatif (lebih kecil dari 0). Kondisi tahap ketiga ini bila dilihat dari posisi kurva TP (kurva yang atas), akan terlihat bahwa total produksi mulai mengalami penurunan dari titik puncaknya.

Pada tahap ketiga ini perusahaan sudah tidak memungkinkan untuk menambah produksi. Karena dengan menambah tenaga kerja justru akan menurnkan produksi total. Bila menambah tenaga kerja pada tahap ini justru membuat kerugian bagi perusahaan.

Dari ketiga tahapan diatas, perusahaan sebaiknya produksi pada tahap ke dua. Pada puncak tahap kedua ini perusahaan harus berhenti menambah jumlah tenaga kerja. Karena pada saat itu tambahan biaya yang harus dikeluarkan sama dengan tambahan pendapatan. Saat itu terjadi, tambahan tenaga kerja sudah tidak memberikan tambahan keuntungan bagi produsen. Bila tambahan pendapatan lebih besar dari tambahan biaya yang diperlukan untuk menambah tenaga kerja (sehingga menambah output), maka perusahaan akan terus menambah tenaga kerjanya. Kondisi yang memberikan keuntungan dengan menambah tenaga kerja tersebut terjadi sebelum mencapai puncak TP.

 

Teori perilaku produsen dengan 2 variabel dalam proses produksi

Pada pembahasan teori perilaku produsen jangka pendek sebelumnya, kita mengasumsikan hanya ada 1 faktor produksi yang digunakan sebagai variabel input yaitu tenaga kerja. Dalam realitasnya, variabel input yang digunakan hanya satu. Pada bagian ini, kita akan melebarkan asumsi yang digunakan. Disini kita menggunakan dua variabel input dalam proses produksinya yaitu tenaga kerja dan modal. Modal dan tenaga kerja disini kita anggap sebagai variabel input jadi dapat berubah jumlahnya. Penggunaan dua variabel input ini juga masih dalam rangka menyederhanakan model agar kita dapat memahami. Berangkat dari model ini akan dapat digunakan untuk model yang lebih kompleks.

Cerita yang kita bangun sekarang adalah produsen memiliki dua variabel input yang harus diputuskan penggunaannya. Salah satu konsep dalam teori perilaku produsen yang dipergunakan untuk menganalisis adanya dua variabel input ini yaitu dengan konsep isokuan. Isokuan (isoquant) adalah kurva untuk menggambar kombinasi penggunaan dua faktor produksi variabel yang dapat memberikan hasil produksi (jumlah output) yang sama.  Penggunaan dua faktor produksi variabel disini dianggap sebagai penggunaan yang efisien.

Agar dapat lebih memahami konsep isokuan didalam mengkombinasikan dua macam faktor produksi untuk menghasilkan jumlah output yang sama perlu diperhatikan kurva isokuan. Kurva isokuan dapat diperhatikan dibawah ini:

Teori perilaku produsen - kurva isoquant - isokuan

Dari kurva isokuan diatas kita melihat berbagai kombinasi penggunaan faktor produksi berupa tenaga kerja dan modal. Ingat bahwa konsep isokuan menggambarkan bagaimanapun pilihan kombinasi tenaga kerja dan modal yang digunakan akan menghasilkan jumlah produk (output) yang sama. Misalkan untuk menghasilkan output sejumlah Z, kita punya berbagai pilihan kombinasi tenaga kerja dan modal.

Berbagai kombinasi yang ada, kita misalkan ada 3 kombinasi. Kita dapat menggunakan tenaga kerja sejumlah X1 dan modal sebanyak Y1 untuk menghasilkan output sebanyak Z. atau kombinasi kedua, dimana menggunakan sejumlah X2 tenaga kerja dan sejumlah Y2 modal maka hasil outputnya juga akan sebanyak Z. Begitu pula kombinasi ketiga, kita dapat menggunakan sejumlah X3 tenaga kerja dan sebanyak Y3 modal untuk menghasilkan sejumlah Z output. Jadi produsen punya berbagai pilihan kombinasi dalam menghasilkan output. Produsen dapat memilih lebih banyak tenaga kerja atau  juga bisa memilih lebih banyak penggunaan modal. Jumlah output yang dihasilkan akan sama.

 

Be the first to comment

Leave a Reply