Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi konsumsi. Salah satu faktor yang mempengaruhi pengeluaran konsumsi adalah pendapatan. Pendapatan bisa dikatakan sebagai salah satu faktor utama yang mempengaruhi tingkat konsumsi seseorang. Pendapatan akan menentu daya beli seseorang. Seseorang dapat melakukan konsumsi utamanya hanya sebatas kemampuan pendapatan yang dimiliki. Meskipun demikian, terdapat faktor-faktor konsumsi lain yang dapat turut serta mempengaruhi kegiatan konsumsi seseorang.
Pada kesempatan ini kita ingin membahas lebih jauh mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi. Langsung saja kita simak beberapa faktor berikut:
- Pendapatan
Salah satu faktor yang mempengaruhi pengeluaran konsumsi adalah pendapatan. Pada pembahasan teori konsumsi, terdapat banyak sekali teori yang menjelaskan pengaruh pendapatan terhadap konsumsi. Semakin tinggi pendapatan seseorang maka secara teori konsumsinya akan semakin tinggi pula. Hal tersebut sejalan pula dengan teori konsumsi yang diungkapkan oleh Keynes, Kuznet, Fisher, Modigliani, Friedman, dan lainnya.
Sebagai contoh pada teori konsumsi Keynes menjelaskan adanya pengaruh pendapatan terhadap tingkat konsumsi seseorang. Keynes menyatakan bahwa secara psikologis seseorang meningkatkan konsumsi saat terjadi peningkatan pendapatan, tetapi peningkatan konsumsinya tidak akan sebesar kenaikan pendapatannya. Dalam konsep yang dibawa Keynes bahwa tingkat kenaikan konsumsi seseorang akan lebih kecil atau sama dengan tingkat kenaikan pendapatannya.
Hal tersebut ditulis dalam fungsi konsumsi Keynesian dengan persamaan:
C = C̅ + cY, C̅ > 0, 0 <c <1,
Pada persamaan diatas terlihat bahwa konsumsi (C) dipengaruhi oleh konsumsi autonomous (C̅) ditambah koefisien c (MPC) dikali pendapatan disposable (Y). C̅ merupakan konsumsi yang wajib dilakukan seseorang meskipun pendapatannya sedang nol. Misalkan seseorang butuh makan, meskipun pengangguran tanpa penghasilan pun seseorang perlu makan.
Pada persamaan diatas juga terdapat salah satu faktor yang mempengaruhi pengeluaran konsumsi yaitu pendapatan disposable. Pendapatan disposable ini sederhananya dipahami sebagai pendapatan yang siap dibelanjakan. Pada persamaan diatas dituliskan bahwa Y ditulis pada tanda positif, yang artinya semakin tinggi tingkat pendapat akan membuat tingkat konsumsi semakin tinggi. Nilai konstanta c (marginal propensity to consume) akan memberikan gambaran seberapa besar tingkat kecenderungan seseorang untuk menambah belanja dari tingkat pendapatannya.
BACA JUGA:
- Kekayaan
Kekayaan juga menjadi faktor penting yang mempengaruhi konsumsi. Dengan kekayaan yang makin besar menandakan daya beli seseorang semakin besar pula. Oleh karena itu, dengan kekayaan yang makin besar akan mendorong semakin tingginya konsumsi seseorang.
Pada pelajaran ekonomi mikro misalnya menjelaskan bahwa, kecenderungan seseorang untuk membeli barang dapat dipengaruhi kekayaan yang dimiliki. Dengan kekayaan lebih banyak cenderung membuat seseorang untuk belanja barang lebih banyak sehingga menggeser kurva permintaan kekanan. Pada teori konsumsi yang ungkap oleh para pakar ekonomi menjelaskan bahwa akumulasi kekayaan dapat mempengaruhi konsumsi yang lebih tinggi.
- Ekspektasi masa depan
Harapan atau ekspektasi seseorang mengenai masa depan dapat mempengaruhi tingkat konsumsi yang dilakukan. Besar atau kecil konsumsi yang dilakukan seseorang yang dipengaruhi ekspektasi, bergantung juga pada apa yang diharapkan pada masa depan.
Misalkan pada beberapa tahun yang lampau, bila mendekati bulan puasa atau idul fitri, biasanya harga barang akan melonjak. Tidak jarang banyak yang membeli barang lebih dahulu karena takut harga naik. Hal ini berarti ekspektasi seseorang mengenai kenaikan harga barang dimasa depan mempengaruhi meningkatnya konsumsi yang dilakukannya.
Berdasarkan pada teori konsumsi bahwa ekspektasi mengenai pendapatan seseorang dimasa depan dapat mempengaruhi tingkat konsumsinya. Pendapatan seseorang yang akan diperoleh dimasa depan, bisa saja dipergunakan untuk melakukan konsumsi saat ini. Belanja saat ini yang meningkat ternyata dipengaruhi oleh harapan akan pendapatan yang akan diterima dimasa mendatang.
- Kebijakan pemerintah
Pemerintah mempunyai peran yang dapat mempengaruhi kondisi perekonomian termasuk konsumsi. Pemerintah mempunyai kebijakan fiskal dan kebijakan moneter yang dapat dipergunakan mempengaruhi perekonomian. Kebijakan fiskal menyangkut kebijakan yang berkaitan dengan pengeluaran dan penerimaan Negara. Sedangkan kebijakan moneter berkaitan dengan kebijakan yang mengatur jumlah uang beredar dalam perekonomia. Penerapan kedua kebijakan tersebut dapat membawa berbagai implikasi dalam kehidapan ekonomi masyarakat.
Misalkan kebijakan pemerintah berupa kebijakan. Kebijakan fiskal yang dilakukan pemerintah dapat mempengaruhi tingkat konsumsi masyarakat. Kebijakan fiskal dilakukan dengan mengatur pengeluaran dan pendapatan pemerintah.
Misalkan dari sisi pengeluaran pemerintah dimana pemerintah mempunyai kebijakan untuk memberikan bantuan langsung tunai. Pengeluaran pemerintah ini nantinya akan mempengaruhi ekonomi masyarakat. Bila pengeluaran yang dilakukan pemerintah berupa pemberian bantuan langsung tunai kepada masyarakat miskin, maka masyarakat miskin ini nantinya akan mempunyai pendapatan untuk meningkatkan konsumsinya.
Sebaliknya, kebijakan pemerintah juga mempunyai dampak yang berlawanan. Pengeluaran yang dilakukan pemerintah berasal dari dana yang dikumpulkan dari pajak, retribusi dan pungutan lainnya. Pajak dan retribusi yang dipungut ini disatu sisi akan mengurangi pendapatan yang dimiliki seseorang atau perusahaan yang terkena pajak. Dengan demikian bisa jadi malah mengakibatkan penurunan konsumsi bagi pembayar pajak.
- Jumlah penduduk
Semakin besar jumlah penduduk berarti semakin besar pasar. Dengan banyaknya penduduk berarti semakin banyak orang yang ditawari jualan dan juga berarti besar pula orang yang membeli barang (konsumsi). Penduduk tentu memiliki kebutuhan. Paling tidak penduduk akan memerlukan konsumsi kebutuhan pokok seperti makan, dan lainnya. Secara agregat, berarti semakin besar penduduk berarti semakin besar konsumsi yang dilakukan.
6. Sosial budaya
Faktor sosial budaya dapat mempengaruhi pola konsumsi masyarakat. Misalkan kondisi di Indonesia yang mayoritas muslim. Pada musim lebaran idul adha akan mengalami peningkatan konsumsi hewan kurban seperti kambing dan sapi. Faktor keagamaan yang memerintahkan untuk menyembelih hewan kurban membuat adanya permintaan pada hewan kurban meningkat. Dengan adanya kondisi sosial budaya (dan agama) membuat pengaruh pada pola konsumsi masyarakat.
Cukup sekian untuk pembahasan faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi. Semoga bermanfaat
Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.