Maksimalisasi profit dalam jangka panjang

Perusahaan sebagai pelaku ekonomi yang mencari keuntungan akan selalu berusaha untuk maksimalisasi profit. Pada pembahasan ini kita akan mendalami bagaimana perusahaan melakukan maksimalisasi profit dalam jangka panjang. Sebelum mengulas lebih jauh, ada beberapa hal yang perlu teman-teman pahami terlebih dahulu. Pertama, pahamilah mengenai konsep profit secara ekonomi. Kedua, pahami juga bagaimana maksimalisasi laba dalam jangka pendek.

Baca juga: Konsep profit dalam ekonomi dan tingkat pengembalian normal

Baca juga: Maksimalisasi laba dalam jangka pendek

Baca juga: Perbedaan jangka pendek dan jangka panjang

Pemahaman pada ketiga pembahasan tersebut akan menjadi pondasi yang memudahkan memahami bagaimana cara maksimalisasi profit dalam jangka panjang.

 

Meskipun ada perbedaan kondisi dalam jangka pendek dan jangka panjang, namun memahami bagaimana karakteristik maksimalisasi laba dalam jangka pendek akan membantu kita memahami bagaimana maksimalisasi profit dalam jangka panjang.

Pada pembahasan teori produksi maupun teori biaya jangka pendek, dikenal istilah input tetap dan input variabel. Konsekuensinya akan ada biaya tetap dan biaya variabel. Bila teman-teman membaca kembali tentang konsep biaya marginal, kita akan mengetahui bahwa kurva biaya marginal pada awalnya mengalami penurunan, setelah mencapai titik terendah lalu kurva biaya marginal akan mengalami peningkatan. Hal ini terjadi dalam jangka pendek karena adanya skala produksi yang tetap.

Baca juga: Teori produksi jangka pendek

Baca juga: Teori biaya produksi jangka pendek

Baca juga: Biaya marginal

Pembahasan maksimalisasi laba dalam jangka pendek, kita mengatakan bahwa untuk maksimalisasi laba dilakukan hingga titik dimana kurva marginal cost (MC) sama dengan marginal revenue (MR). Dalam maksimalisasi laba jangka pendek, produsen akan menghadapi kondisi kurva MC yang mengalami kenaikan. Artinya dengan adanya keterbatasan skala produksi, produsen menghadapi kendala munculnya kenaikan biaya untuk memproduksi barang.

Sedangkan dalam jangka panjang, semua faktor produksi yang digunakan sebagai input akan bersifat input variabel. Oleh karenanya, produsen akan memiliki keleluasaan untuk mengurangi ataupun menambah input yang digunakan. Sehingga biaya total produksi yang muncul adalah berasal dari biaya variabel. Kendala skala produksi yang terbatas dan kenaikan biaya produksi marginal pada jangka pendek, bisa jadi tidak dihadapi lagi kondisi demikian oleh produsen pada produksi jangka panjang. Dengan demikian, maksimalisasi profit jangka panjang tidak perlu lagi menghadapi kenaikan biaya marginal untuk menambah output akibat keterbatasan skala produksi seperti pada jangka pendek.

Namun, untuk mempelajari bagaimana cara maksimalisasi profit dalam jangka panjang, kita perlu memahami bagaimana kondisi yang dihadapi produsen dalam jangka pendek. Produsen dalam mejalankan bisnis bisa saja akan menghadapi tiga kondisi perusahaan yaitu:

  1. Maksimalisasi profit

Kondisi perusahaan bisa saja dalam kondisi untung. Yang dilakukan oleh perusahaan akan mencari tingkat keuntungan yang maksimum yang dapat mereka usahakan. Disini perusahaan akan melakukan maksimalisasi profit.

  1. Minimalisasi kerugian

Perusahaan dalam kondisi tertentu bisa saja menghadapi keadaan merugi. Pada saat merugi, yang akan dilakukan oleh perusahaan yaitu minimalisasi kerugian. Agar kerugian yang diderita paling minim.

  1. Break event point

Kemungkinan keadaan yang bisa dihadapi perusahaan yaitu kondisi break even. Secara terjemahan kata mungkin dondisi dikatakan sebagai pulang pokok atau seri. Namun, dalam pemahaman konsep ekonomi, sejatinya kondisi break event point bukan berarti tidak ada untung sama sekali.

Pada kondisi break event point yang terjadi justru, perusahaan hanya mendapatkan tingkat pengembalian normal. Dalam kondisi tingkat pengembalian normal, dikatakan bahwa profit/laba secara ekonomi dinilai nol. Pemahaman ini agak menjebak bila tidak betul-betul memahami konsep dasar dari profit secara ekonomi. Sebaiknya baca tulisan berikut untuk memahaminya:

Baca juga: Profit, biaya ekonomi dan tingkat pengembalian normal

 

Maksimalisasi profit

Motif produsen/perusahaan dalam melakukan bisnis yaitu mencari laba/profit. Ketika kondisi perusahaan mampu mendapatkan laba, perusahaan akan mencari laba tertinggi. Dalam hal ini perusahaan akan melakukan maksimalisasi profit.

Untuk memahami bagaimana maksimalisasi profit dalam jangka panjang, kita perlu memahami bagaimana cara maksimalisasi laba dalam jangka pendek. Disini kami akan sedikit mengulas kembali mengenai maksimalisasi laba yang dilakukan perusahaan dalam jangka pendek.

Untuk memahami maksimalisasi laba jangka pendek, perhatikan kurva berikut:

Kurva Maksimalisasi Profit

Dengan asumsi pasar berjalan sesuai pasar persaingan sempurna, kita mengetahui bahwa maksimalisasi laba terjadi pada saat marginal revenue sama dengan marginal cost (MR = MC). Dengan berpegang pada pasar persaingan sempurna, kita tidak dapat menentukan harga pasar. Produsen hanya menerima harga yang sudah terbentuk dipasar. Dengan demikian, kita akan mendapati bahwa nilai marginal revenue akan sama dengan harga barang dipasar. Bila teman-teman tidak memahami istilah-istilah disini dan ulasan lengkap mengenai maksimalisasi laba jangka pendek, silahkan membaca tulisan berikut terlebih dahulu:

Baca juga: Maksimalisasi laba jangka pendek

Baca juga: Marginal cost (MC)

Baca juga: Total revenue (TR) dan Marginal revenue (MR)

Baca juga: Sistem Pasar

Baca juga: Total cost (TC) dan average total cost (ATC)

Baca juga: Biaya Variabel dan average variable cost (AVC)

Baca juga: Biaya tetap

Pada kurva diatas, kita mendapati contoh bahwa saat kurva MC sama dengan kurva MR terjadi pada titik B. Untuk maksimalisasi laba, maka perusahaan harus memproduksi barang sebanyak X1 agar biaya marginalnya sama dengan marginal revenue nya. Tingkat produksi barang yang memberikan laba maksimum terjadi pada titik B dengan produksi sebanyak X1. Pada titik ini, tambahan biaya untuk menambah satu output, sama dengan tambahan penerimaan yang diperoleh akibat dari menambah satu output yang dijual.

Produksi tidak dihentikan sebelum kurva MC mencapai titik B karena bila berhenti produksi maka keuntungan yang didapat tidak maksimal. Sedangkan produksi dengan kurva MC melebih titik B, akan membuat biaya produksi marginalnya lebih tinggi dibanding penerimaan marginalnya. Bila biaya lebih tinggi, tentu tidak menguntungkan untuk produksi.

Pada saat memproduksi barang sebanyak X1, biaya total rata-rata saat itu sebesar Y1. Artinya secara rata-rata, untuk memproduksi satu unit barang dibutuhkan biaya sebesar X1. Apa yang ditunjukkan oleh area kuning adalah biayanya. Harga pasar sebesar Y2, dan ini memiliki jarak perbedaan dengan biaya total rata-rata per unit barang. Hal tersebut akan menjadi profit ekonomi bagi produsen. Oleh karenanya, area putih (area dalam A-B-Y2-Y1) menjadi area yang menunjukkan profit ekonomi yang didapatkan.

Dari ilustrasi diatas dapat dilihat bahwa perusahaan mendapatkan profit dalam jangka pendek. Dalam jangka panjang, dengan melihat adanya profit seperti ini akan membuat perusahaan meningkatkan skala operasi produksinya. Dengan skala operasi produksi yang ditingkatkan, maka skala hasil produksi yang dicapai juga meningkat. Kita mengharapkan bahwa peningkatan skala hasil produksi yang dilakukan perusahaan dalam jangka panjang ini, sebagai bentuk reaksi atas keuntungan yang mereka peroleh dalam jangka pendek.

Baca juga: Skala Hasil Produksi

Baca juga: Skala hasil konstan

Baca juga: Skala hasil meningkat

Baca juga: Skala hasil menurun

 

Minimalisasi kerugian

Kondisi perusahaan yang merugi bisa jadi salah satu kondisi yang harus dihadapi perusahaan. Bila kondisi perusahaan dalam jangka pendek mendapatkan profit maksimal, hal tersebut akan mendorong perusahaan meningkatkan skala operasi produksinya. Bila kondisi break even yang dihadapi, masih akan tetap berproduksi karena ada insentif tingkat pengembalian normal yang didapatkan.

Namun, bila kondisi kerugian yang dihadapi, perusahaan mendapatkan dibawah tingkat pengembalian normal. Dalam kondisi kerugian, pengusaha merasakan tidak cukup insentif untuk membuat mereka bertahan dalam bisnis tersebut. Perusahaan akan dihadapkan pada keputusan apakah harus keluar dari pasar dan saat kapan harus keluar dari pasar. Saat kerugian terjadi, perusahaan akan mengupayakan untuk meminimalisasi kerugian yang diderita.

Perusahaan yang menderita kerugian dapat dikategorikan kedalam dua kategori. Pertama, perusahaan menutup operasi bisnisnya dengan segera selama kerugiannya masih bisa menanggung biaya tetap dalam jangka pendek. Kedua, perusahaan yang masih terus beroperasi dalam jangka pendek untuk meminimalisasi kerugiannya.

Perusahaan bisa segera menutup bisnisnya dengan harapan bahwa biaya tetap dapat dikembalikan. Dalam jangka pendek bahwa perusahaan sudah ada biaya tetap yang dikeluarkan. Bila perusahaan langsung menghentikan bisnisnya, disini perusahaan telah merugi sebesar biaya tetap yang telah dikeluarkan. Perusahaan harus berusaha paling tidak, harus bisa membayar atau mengembalikan sebesar biaya tetap yang ada bila ingin berhenti dari bisnis tersebut.

Namun karena kondisi bisnis tersebut merugi membuat perusahaan akan menghadapi dilemma. Apakah dengan melanjutkan operasi bisnis, nantinya akan mampu menutupi biaya tetap yang telah muncul atau justru melanjutkan operasi bisnisnya justru akan membuat kerugian yang didapatkan semakin besar? Disini perusahaan akan memilih cara yang dapat meminimalkan kerugian.

Keputusan produsen dapat memilih cara meminimalisasi kerugian sebagai berikut:

  1. Perusahaan tetap beroperasi. Kondisi ini dipilih oleh perusahaan jika total penerimaan yang diperoleh dari menjalankan bisnis tersebut bisa melebihi dari biaya variabelnya. Dalam jangka pendek, biaya tetapnya telah dikeluarkan. Namun untuk menjalankan bisnisnya, ada biaya variabel lagi yang harus dikeluarkan. Karena dalam jangka pendek, biaya variabel menjadi biaya yang ditanggung sesuai dengan output yang dihasilkan, maka penerimaan dari menjual produk tersebut harus lebih besar dari biaya nya. Oleh karenanya operasi perusahaan akan terus dipertahankan untuk meminimalisasi kerugian dengan syarat kondisi bahwa total revenue (TR) akan melebihi biaya variabelnya.
  2. Perusahaan sebaiknya langsung ditutup bila total revenue yang diterima ternyata lebih kecil dari biaya variabel total. Untuk operasional menghasilkan produk diperlukan biaya variabel. Bila biaya variabel ini ternyata juga melebihi total penerimaan (TR), hal ini justru akan menambah kerugian perusahaan bila operasi bisnisnya dilanjutkan. Oleh karenanya bila menghadapi kondisi kerugian dengan penerimaan total yang lebih kecil dari biaya variabelnya, maka perusahaan langsung ditutup.

 

Break Even Point

Pembahasan mengenai break even point akan dibicarakan secara terpisah pada bagian ke 2.

 

Demikian pembahasan singkat mengenai maksimalisasi profit, semoga bermanfaat.

Be the first to comment

Leave a Reply